Nikmati Magisnya Album "Zaman, Zaman" karya The Trees and The Wild
- ridhosats
- Mar 22, 2017
- 3 min read

Dengan musik yang tidak sederhana dan penuh ruang untuk telinga, sebab diisi dengan ambience yang begitu padat. Tidak lagi begitu terasa seperti folk pada album sebelumnya, hanya noise ambience yang terasa serta suara vokal yang samar-samar membuat kita seperti berada di alam mimpi, dan imajinasi ketika telinga mendengarkan lantunan dari album Zaman, Zaman karya Remedy dan kawan-kawan yang cukup magis ini. Lirik minimalis dan pengulangan lirik pun juga menjadi pelengkap musik di album kedua ini. Pendapat saya mengenai ini adalah album yang sangat MAGIS dari The Trees and The Wild untuk saat ini karena alunannya begitu ajaib terdengar ditelinga. Ketika mendengarkan album dari zaman-zaman ini memang berbeda sekali dari ekpektasi saya sebelumnya, saya pikir ini seperti album Rasuk 7 tahun yang lalu sebelum Zaman, Zaman muncul. Pada album Rasuk the trees and the wild menampilkan musik yang begitu mayor dan ceria. Mulai dari nuansa petikan ala-ala folk yang begitu manis, dan suara vokal Remedy Waloni yang sangat jelas serta kisah pada album Rasuk yang dihiasi dengan kisah cinta tetapi dikemas dengan gaya yang keren. Tetapi tidak pada album Zaman, Zaman yang terdengar begitu mistis dan menggunakan banyak suara noise ambience sebagai background dari keseluruhan musiknya. Sesuai dengan judul album, Zaman, Zaman menjadi lagu pembuka pertama yang ditaruh pada track album dengan latar noise yang cukup memusingkan serta ketidakjelasan dari suara vokal yang memunculkan nuansa yang begitu baru yang dieksplore oleh grup musik ini. Empati Tamako ialah sebagai lagu kedua yang cukup menimbulkan perasaan emosi ketika mendengarnya lagi-lagi dengan suara yang begitu dark dan samar serta dentuman drum dan isian noise pada akhir lagu menjadi penutup yang klimaks pada lagu tersebut. Track ke tiga adalah Srangan dengan suara yang begitu tenang, jika saya boleh berpendapat intro pada lagu srangan mirip seperti lagu Tycho grup musik amerika. Sepertinya The Trees and The Wild memang sudah banyak jauh mengalami perubahan dari album sebelumnya. Gaya musik pada album ini benar-benar baru, gaya vokal Charita pada lagu ini pun dihiasi dengan reverb dengan sustain yang pendek dan seperti berbayang. Selanjutnya ialah lagu monumen dengan dentuman drum yang dominan menggunakan tom tom dengan gaya fill in yang memunculkan kesan angker dan menegangkan. Yang membuat lagu ini ramai dan angker adalah suara simbal dan juga suara ambience synth maupun vokal yang sendu dan minor cumup membuat suasana lagu jadi begitu magis. Tuah / Sebak suara charita pada awal menjadi pengisi pada lagi berdurasi 10 mnit ini. Dengan suara vokal charita yang minor, mistis, dan samar serta alunan yang tak begitu naik pada musik bagian belakang yang menjadi pengantar ke lagu selanjutnya Roulements sebab bagian akhir bunyian pada musik ini bisa menggantikan suasana yang tadinya begitu gelap menjadi terang. Roulements mirip seperti lagu Saija yaitu track setelah lagu ini. Remedy menjadikan ini sebuah pengantar dari susana gelap ke yang begitu terang. Sepertinya Remedy sengaja membuat Roulements sebagai lagu pengantar langsung menuju lagu selanjutnya yaitu Saija. Setelah kita mendengarkan suara noise dari synth maupun vokal yang begitu samar. Kali ini pada lagu Saija telinga kita cukup diistirahatkan dengan alunan suara yang terdapat didalamnya. Nada yang terdengar disini cukup mayor dan bright walau suara ambience dari synth atau vokal yang samar masih menjadi andalan selama lagu berjalan. Saija memiliki cerita didalamnya mengenai kisah drama cinta seorang pemuda bernama Saidjah yang begitu tragis saat zaman penjajahan yang ditulis Multatuli dalam bukunya Max Havelaar. Suara Remedy pada Saija yang berteriak dan samar membuat seperti meratapi dan mesti menerima apa yang kita lihat. Lagu ini ditutup dengan alunan gitar yang manis dan suara Remedy yang berbayang membuat ketika kita memejamkan mata terasa seperti masuk ke alam lain. Dan sepertinya lagu Saija memang sangat pas untuk dijadikan lagu terakhir setelah sekian banyak lagu yang kita dengarkan cukup begitu angker, mistis, samar dengan suara vokal dan synth ambience yang bertebaran dimana-mana. Alunan vokal pada penutup lagu saija cocok dijadikan ratapan untuk melapangkan dada dan hati yang harus menerima sebuah balada hidup yang menyedihkan seperti makna lagu pada Saija yang diambil dari kisah cinta tragis yang ditulis oleh Multatuli. Sekian review tulisan album Zaman, Zaman karya The Trees and The Wild dari saya. Semoga dapat menjadi referensi playlist lagu dalam ponsel pintar anda. Penulis Ridho SatyanegaraEndFragment
Comments