top of page

Anggapan Keliru Tentang Dunia Video dan Editing

  • ridhosats
  • Aug 5, 2016
  • 6 min read

Cerahnya hari disebuah lokasi terdapat seseorang yang sedang autis asik sendiri memegang sebuah alat penangkap gambar bergerak, yaitu kamera digital DSLR dan sejenisnya yang siang malam tak kenal lelah mengambil gambar sesuai kemauan klien yang terkadang ada saja maunya. Kemudian dibawa kedapur editing untuk dimasak bagaikan makanan alias dimasukan kedalam proses editing yang selamnjutnya akan diolah dan disusun sedemikian rupa. Hingga menghasilkan sebuah karya yang baik yang berisi informasi yang siap disebar dengan tampilan visual yang baik. Tetapi banyaklah orang yang menganggap pekerjaan seperti itu adalah pekerjaan yang mudah yang tinggal asal jalan saja.

Pahamilah dulu mengenai sesuatu dalam hal apapun janganlah asal bicara dan membuat kesimpulan yang salah dalam memandang sesuatu. Seperti yang akan saya bahas pada tulisan ini yaitu salahnya anggapan orang mengenai duni video dan editing yang lama kelamaan telah mengendap dalam pikiran mereka yang tidak tahu. Tulisan ini saya buat bukanlah untuk menyindir ataupun menjelekan seseorang justru karena ketidaktahuan itu saya membuat tulisan ini untuk meluruskan pemikiran orang yang melenceng mengenai dunia tersebut agar mereka tahu bahwa tidaklah mudah berkutat dalam dunia video dan editing.

Dan selanjutnya inilah beberapa statement lucu yang saya singggung diatas.

1. Buat video kan tinggal buat!

“Gitu doang mah kecil tinggal bikin yak elah” kata-kata itulah yang suka membuat kuping saya gatal jika mendengarnya. Hallo mas, mbak, pak, bu, siapapun disana tidaklah seperti itu. Dalam membuat sebuah video yang baik yang menampilkan lengkap infromasinya beserta visual yang ciamik perlulah referensi, ide, serta perencanaan yang matang agar hasil video tersebut baik dan tidak asal-asalan jadi. Dalam hal yang saya maksud artinya lebih menekankan pada prosesnya dalam membuat sebuah video bukan hanya sekedar hasilnya. Karena pepatah bilang tidak ada hasil yang akan mengkhianati sebuah proses. Pada konteks ini yang saya maksudkan lagi dalam membuat video ialah sebuah video yang menampilkan informasi yang lengkap bukan pembuatan video dokumentasi pribadi atau yang terburuknya ialah film bokep ecek-ecek macam di internet yang tidaklah perlu untuk melewati proses-proses yang njelimet dan rumit.

Disini saya membahas bagaimana video yang akan dikonsumsi oleh umum yang baik haruslah digodok dalam proses pra produksinya mulai yang pertama adalah munculnya sebuah Ide yaitu guide awal untuk menentukan informasi apa yang akan kita muat didalam video yang akan kita buat nanti. Kemudian perencanaan yang juga perlu dari pembuatan video tersebut. Seperti membaca segmen khalayak apakah jika kita buat video seperti ini akan dipedulikan orang lain. Lalu proses budgeting, perizinan shooting, panduan naskah produksi, dan lainnya dari proses pembuatan video tersebut. Jadi tidaklah hanya sekedar jadi yang penting gampang bisa dibuat emangnya sulap apa?.

2. Yang penting alat keren skill belakangan!

Inilah yang terjadi dimasa kini tidak semuanya sih melainkan ada beberapa yang menganggap seperti ini dengan embel-embel saya bisa buat video dokumentasi 4k nih keren alat yang saya punya. Kamera saya canggih loh saya buat video pakai kamera canon 2 digit atau yang satu digit, atau kamera mirorrles sony yang keren banget. Bukanlah seperti itu yang dimaksud sebenarnya sangatlah percuma jika kita mempunyai alat-alat yang saya sebut tetapi keahliannya hanya omong doang yang penting saya punya alatnya bukanlah menunjukan konsep serta skillnya untuk membuat sebuah video yang memuat informasi yang bermanfaat.

Haruslah mempunyai konsep dan teknis yang jelas untuk membuat sebuah video yang ciamik seperti akata pepatah yaitu “man behind the gun” yang berarti orang dibalik yang menggunakan senjata, bukan pada senjatanya. Peralatan hanyalah sebuah alat untuk menafsirkan konsep-konsep gila yang ada diotak kita dengan kata lain alat penuangan sebuah ide dari yang tadinya ada didalam otak kemudian diwujudkan kedalam bentuk fisik. Menurut saya orang yang berlindung dibelakang kerennya saya punya peralatan ini itu, dan bisa buat ini itu, hanyalah orang yang mencari sekedar ingin mencari aman agar ia kelihatan dianggap orang lain jago.

3. Ambil gambar yang penting jadi!

Sepertinya ini memang kelihatan mudah inilah statement yang saya dengar disekitar “yaelah coba lu tinggal ambil kamera trus pencet tombol record dan tuh jadi video!”. Menurut saya ini adalah hal bodoh sedunia yang pernah saya dengar, merekam sebuah video tidaklah hanya selesai pada menekan sebuah tombol record kemudian arahkan ke sasaran yang penting ada objek bergerak terus edit. Sebenarnya ada hal penting yang harus diperhatikan mungkin ini agak sedikit menyentuh teknis yaitu settingan pengambilan gambar, resolusinya, white balancenya, formatnya, profil warna, aperture, shutterspeed, iso, dllnya. Tergantung kondisi kebutuhan bagaimana kondisi lapangannya bukan hanya skedar yang penting terang gambarnya kelihatan.

Kemudian ada lagi jenis-jenis shot yang ingin digunakan semuanya akan sangat berpengaruh pada komposisi dalam gambar seperti, extreme long shot, wide shot, medium shot, closeup, adalagi pergerakan kamera panning, tilting, follow, dolly, tracking lalu terakhir ada sudut kamera apakah low angle, high angle, dutch dan lain-nya, semuanya harus selaras dari konsep hingga eksekusi pengambilan gambarnya.

Karena sejatinya saya pernah mengalami hal menjijikan ketika dimintai seseorang untuk mengedit hasil gambarnya. Yaitu menerima sebuah hasil shoot stock gambar yang berbeda-beda pengambilannya dari segi apapun, mulai dari white balancenya yang berbeda warnanya sudah seperti “pelangi-pelangi alangkah indahmu” hello ini bukan lagi mau bikin video buat lagu pelangi kan?. Lalu adalagi yang paling mengesalkan formatnya ada yang HD720, ada yang Full HD1080 bahkan terburuknya ada yang 640 terlebih orang itu meminta agar videonya resolusinya inginnya sama menjadi Full HD 1080. “Astaga bagaimana sih mas, mbak, kan sudah dijelaskan itu gak bakal bisa”, terbayang apa yang terjadi jika tetap harus disamakan footagenya menjadi Full HD? Lebih baik sepertinya belajar logika dulu kali ya.

4. Editing adalah sebuah proses Ajaib!

Sebuah perumpaan “ya sodara-sodara saya punya topi yang isinya kosong, lihat kosong ya? Kosong ya? Sekarang lihat sodara-sodara 1… 2… 3… taraaaa ini dia ada kelincinya hahahaha”. Jika editing menjadi suatu adegan sulap mungkin analogi editing dengan sulap seperti itu, terbayang akan seperti apa jadinya.

Tetapi percayalah editing itu bukan suatu proses membuat hasil footage jelek menjadi bagus, membuat suatu hal yang tidak ada mustahil menjadi nyata. Mungkin yang kedua bisa tetapi karena saya belumlah menjadi editor kelas dunia yang bisa membuat bumi kiamat hancur, atau efek-efek khayalan yang sangat mempesona seperti film Hollywood masa kini yang pernah anda lihat dilayar lebar.

Setidaknya walau belum mencapai tahap tersebut saya berusaha menjadi seorang editor video yang baik dan sesuai dengan jalannya. Jangan bayangkan setiap apa-apa hasil video itu bisa dijadikan seperti sulap, karena itu adalah hal yang salah sebab tergantung dari fungsinya jika ingin membuat film kelas dunia ya oke mungkin ada budget, uang dan segalanya dapat diwujudkan. Masalahnya dalam konteks yang saya maksud kan bukan seperti itu. Masa video liputan saja dikasih efek-efek yang lebay atau dibuat mustahil kan permintaannya aneh namanya.

Sebenarnya hanya tinggal menggunakan suatu software yang sederhana saja kemudian mencari referensi yang sederhana pula lalu disusun sedemikian rapih dan ditambahkan efek-efek pemanis sudah cukup. Tahap pasca produksi pun dapat selesai dengan baik dan sesuai dengan tenggat waktu. Terkadang ada juga selain orang yang mengira bahwa editing seperti sulap yaitu tipikal orang atau klien yang kemauannya “sudah yang penting anda saya bayar cepet editnya ya dan cepat selesaikan” itu adalah penghinaan terbesar memangnya editor itu sedang mengikuti lomba lari yang sampai garis finish terlebih dahulu akan menang. Maka dari itu buanglah paham itu jauh-jauh kemudian cobalah berusaha menghargai editor dengan baik.

Bukan sekedar hasil outputnya saja yang bisa kita lihat dan bisa kita bilang bagus saat melihatnya. Memang rasanya sangat gampang sekali untuk melihat sesuatu dan menetapkan sebuah kesimpulan terhadap apa yang kita lihat semisal kita melihat video yang berisikan informasi yang bagus dengan tampilan visual yang bagus juga tentunya lalu kita bilang bahwa membuat seperti ini mah gampang atau dengan istilah populernya yaitu “yak elah cuman gitu doang kecil!”. Dapat saya katakan orang seperti itulah yang otaknya bengkok yang harus dipatok agar menjadi lurus kembali. Saya berbicara seperti ini bukanlah juga untuk sok pintar dan sok jago dalam dunia video dan editing tetapi saya hanya ingin berbagi atas pengalaman yang saya dapat serta statement unik yang muncul disekitaran saya yang dapat membuat saya sejenak untuk diam lalu ingin menempeleng orang tersebut dengan stik baseball.

Tetapi jujur saja itulah beberapa statement yang sangat menyebalkan yang pernah terdengar ditelinga kita, kelihatannya itu sangat menjijikan dan menyakitkan terlebih jika kita menghadapi para klien awan tengik yang tak tau apa-apa pastilah bisa membuat prosesor otak kita semakin panas. Tetapi tak mengapa karena tulisan ini saya buat tujuannya pun bukan hanya untuk menghina, atau menjelekan orang yang dimaksud hanya untuk melakukan intermezzo sedikit saja walau agak sedikit satir. Mungkin jika kita hanya manut saja pada keadaan justru kitanya sendiri yang akan semakin sebal dengan statement yang ada, jadi tak mengapa ya jika harus menyindir sedikit, hanya sedikit saja.


 
 
 

Comments


Welcome to my Blog!
Ini adalah blog saya dari website ini berisi tentang saya, artikel, project, dan karya saya. Selamat berselancar!
Category
Recent Posts
Archive
Follow Us
  • Facebook Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • YouTube Social  Icon
  • SoundCloud Social Icon
  • Instagram Social Icon
bottom of page