top of page

Perkembangan Komunitas Masyarakat pada Media dan Teknologi Komunikasi yang Memunculkan Komunitas Vir

  • ridhosats
  • Mar 13, 2016
  • 4 min read

Komunitas masyarakat dengan media dewasa ini memang sudah tidak bisa dipungkiri lagi media sudah menjadi sahabat dekat yang tidak bisa lepas dari komunitas masyarakat. Disamping itu selain peran media, teknologi pun yang menjadi pengantar media kepada masyarakat juga telah banyak membuat perubahan pada komunitas masyarakat yang semakin aktif dan maju. Disitulah media banyak membawa kebudayaan ke setiap ruang yang kemudian teknologi tersebut dianggap dapat merubah banyak pola pikir manusia.

Mundur ke Masa Lalu

Jika kita melakukan perjalanan mundur terhadap kemunculan awal teknologi komunikasi yang menjadi cikal bakal munculnya media baru (Everett M Rogers, 1986) seperti sekarang ini diawali oleh era komunikasi tulisan yaitu ditemmukannya proses komunikasi tulisan, ditemukan tulisan yang terdiri dari abjad yang dapat menyusun satuan bahasa ke dalam suatu tulisan yang utuh untuk menyampaikan informasi. Kemudian era percetakan yaitu ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Disusul oleh era telekomunikasi yang menyampaikan informasinya secara satu arah melalui televisi, radio, dan film. Yang terakhir ialah ditandai munculnya era interaktif yaitu banyak ditemukannya kemajuan teknologi seperti komputer, satelit, internet dan lain-lain.

Karena perkembangan yang semakin maju pada teknologi setelah dijelaskan era-era komunikasi diatas, akhirnya munculah istilah yang bernama Komunitas Virtual. Perkembangan teknologi komunitas virtual yang berkembang di kehidupan masyarakat kini adalah sebagai bentuk perkembangan kemajuan teknologi dan medianya sebagai wadah masyarakat untuk bersosialisasi berkumpul dan lain-lain.

Berkembangnya Komunitas yang Memunculkan Komunitas Virtual


Selain itu ada pengertian yang mengulas masyarakat secara umum ialah “Masyarakat (community) adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (teritorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri”. (Bungin, 2009 : 163)


Setidaknya definisi komunitas dapat dimaksudkan sebagai arti yaitu: pertama, terbentuk dari sekelompok orang; kedua, saling berinteraksi secara sosial di antara anggota kelompok itu; ketiga, berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok yang lain; keempat, adanya wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain, misalnya waktu (Hillery, 1955).


Pertama Virtual community atau yang sering disebut komunitas virtual itu merupakan suatu komunitas yang terbentuk didalam dunia maya dimana orang-orang tersebut berhubungan satu sama lain tanpa terikat pada batas apapun. Jadi sebenarnya, komunitas virtual ini adalah orang-orang di kehidupan nyata yang melakukan kegiatan biasa tetapi mereka melakukannya di dunia maya.


Dunia virtual menjadi elemen yang sangat diperlukan dalam memperantarai realitas terutama memungkinkan terbentuknya masyarakat digital. Masyarakat ini terbentuk tanpa memandang latar belakang sosial, etnis, maupun jender. Jutaan orang pengguna internet saat ini mendiami wilayah onlie yang cukup luas cakupannya. Mereka ini bisa jadi adalah creative designer, pengajar, pelajar, peneliti, pebisnis, pelaku event organizer, turis, pembeli, atau bahkan mungkin adalah gelandangan. (Ensslin & Muse, 2011 : 1)


Kemunculan ini bisa disebut sebagai new media, media baru, atau era media internet yang sekarang serba digital dan sangat mudah untuk diakses kapanpun dan dimanapun. Komunitas virtual ini digunakan oleh masyarakat sebagai media berbagi, jual-beli, menyimpan data, memberikan informasi mengenai sesuatu, bermain game secara online dan lain sebagainya.

Go-Jek sebagai Komunitas Virtual bagi Drivernya

Siapa yang tidak tahu perusahaan ojek online yang kita sebut sebagai Go-Jek ini. Sebuah karya anak bangsa bernama Nadiem Makarim ia adalah jebolan universitas yang sudah tidak asing lagi kedengarannya ditelinga kita yaitu Harvard University, Amerika Serikat. Tadinya ia bekerja diluar negeri dan akhirnya kembali ke Indonesia lagi untuk mengembangkan sebuah usaha ojek online yang hasilnya sekarang ini bisa kita lihat betapa sangat membuat untung masyarakat menengah kelas bawah yang bekerja sebagai tukang ojek atau pada orang yang sebelumnya susah untuk mendapatkan pekerjaan tetapi karena adanya Gojek ini jadi sangat memudahkan mereka mencari pekerjaan sebagai tukang ojek online.


Sebenarnya Gojek bukanlah hanya sebagai perusahaan transportasi yang kita lihat secara kasat mata. Gojek juga merupakan sebuah aplikasi solusi yang ditawarkan kepada banyak orang untuk menyelesaikan masalah kemacetan, kemudahan bermobilisasi. Dari situ Gojek juga seakan dapat membuka komunitas ojek yang sebelumnya ojek itu adalah pribadi artinya tidak tergabung dalam kelompok atau komunitas apapun. Pada perusahaan ini driver Gojek bukan saja hanya sebagai tukang ojek sendiri yang berjuang seorang diri untuk mengais rejekinya mengantarkan penumpang saja. Lebih dari itu bagi drivernya, Gojek adalah sebuah komunitas virtual yang mempertemukan satu driver dengan driver lainnya melalui aplikasi perangkat lunak untuk saling berbagi, dan berkumpul, bahkan saling membantu dengan sesama kawan driver Gojek.


Keuntungannya ialah sangat banyak sekali dalam komunitas virtual Gojek ini karena driver dalam mengambil sewa tidaklah lagi harus berebut penumpang pada satu daerah tertentu atau tidaklah perlu takut didaerah sini adalah kekuasaan siapa dan siapa pemimpin yang berhak menguasai penumpang didaerah tersebut. Cara ini dapat semakin mempererat hubungan sosial antara driver satu dengan yang lainnya karena pada eksekusi pengantaran sewa penumpang dengan mudahnya hanya menggunakan aplikasi dan menunggu order yang datang secara terus menerus tanpa henti.


Driver Gojek hanya tinggal menggunakan aplikasi perangkat lunak untuk mencari penumpang dan penumpang secara terus menerus akan datang menghampiri drivernya dengan cara penumpang mengisi data pada aplikasi dari mana asal tempatnya dan kemana arah tujuannya lalu mengordernya. Setelah itu baru pada aplikasi driver Gojek akan bermunculan order dan driver hanya tinggal mengetuk terima order lalu mengantarkan sewa penumpangnya ketempat tujuan yang diminta penumpang. Selain itu adanya Gojek ini juga dapat mematahkan persepsi masyarakat tentang tukang ojek yang melulu berpenghasilan rendah, tidak aman, terkenal serabutannya dan lain-lainnya yang kurang baik didengar dalam lingkup masyarakat.


Pada berita online pada website CNN Indonesia menurut Nirwono Joga, adanya salah paham dalam melihat eksistensi Gojek. Menurutnya, Gojek memang hadir sebagai jembatan antara pengguna dengan ojek motor berbasis aplikasi di perangkt mobile untuk memudahkan mobilisasi. "Ini (Gojek) adalah aplikasi yang ditawarkan untuk semua orang. Bahkan, cenderung membantu atasi kemacetan jalanan. Malah, Gojek seakan membuka pintu pembentukan komunitas pengojek karena tadinya ojek berdiri sendiri-sendiri," sambung Nirwono. Hadir dalam acara live streaming di kantor CNN Indonesia bersama sang pendiri Gojek, Nadiem Makarim, Nirwono juga menyatakan bahwa Gojek sebagai pencipta layanan tersebut justru memberikan keuntungan yang nyata bagi si pengemudi. Selain dari soal pendapatan, tentunya dari jumlah pemesanan yang datang tiap hari.

Daftar Pustaka

Anonim. 2007. “Komunitas Virtual”. Harian Padang Ekspres di Halaman Budaya. 6 Mei 2007.

Bungin, Burhan H.M. Sosiologi Komunikasi, Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Kencana. Edisi Pertama. Cet. 4. 2009.

CNN Indonesia. Kamis 6 Agustus 2015.

http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150806160153-185-70505/gojek-bukan-perusahaan-transportasi-umum

Ensslin and Muse. 2011. Creating Second Lives, Community, Identity and Spaciality as Construction of The Virtual. Routledge.

Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006. Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consquences of ITCs, Sage Publication Ltd. London.

Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta. Jakarta.


 
 
 

Comments


Welcome to my Blog!
Ini adalah blog saya dari website ini berisi tentang saya, artikel, project, dan karya saya. Selamat berselancar!
Category
Recent Posts
Archive
Follow Us
  • Facebook Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • YouTube Social  Icon
  • SoundCloud Social Icon
  • Instagram Social Icon
bottom of page